China dilaporkan
sukses menyalakan Matahari buatan yang
memanfaatkan kekuatan tenaga nuklir. Matahari bernama HL-2M
Tokamak adalah penelitian eksperimen nuklir terbesar dan tercanggih di dunia.
Matahari bereaktor nuklir ini menggunakan medan magnet untuk
memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat
Celcius atau 10 kali lebih panas dibandingkan inti Matahari.
Melansir Nuclear Engineering, China bukan satu-satunya negara yang
membuat Matahari buatan. Inggris dan Korea Selatan diketahui telah lebih awal
mengembangkan teknologi tersebut.
Pada Oktober 2020, Mega Amp Spherical Tokamak (MAST)-Upgrade
di Culham mencapai plasma pertama setelah program pembangunan tujuh tahun.
Otoritas Energi Atom Inggris mengaku telah menghabiskan
anggaran sebesar US$71 juta atau hampir Rp1 triliun (kurs Rp14.080) untuk
mencapai titik itu.
MAST Upgrade akan menjadi cikal bakal prototipe Inggris
Spherical Tokamak for Energy Production (STEP) yang akan selesai pada tahun
2040. Inggris mengalokasikan anggaran US$294 juta atau Rp4,1 triliun untuk
merancang tahap awal STEP.
Melansir Business Korea, reaktor fusi nuklir Korsel bernama K-STAR
yang juga disebut 'matahari buatan' Korea telah berhasil mencapai suhu fusi ion
inti plasma 100 juta derajat. K-STAR merupakan buatan Korea Superconducting
Tokamak Advanced Research.
K-STAR adalah perangkat fusi magnetik yang dimaksudkan untuk
mempelajari energi fusi magnetik, yang dianggap sebagai sumber energi generasi
berikutnya. National Fusion Research Institute (NFRI) mengumumkan bahwa K-STAR
mempertahankan suhu inti plasma 100 juta derajat (9 keV) selama 1,5 detik dalam
percobaan yang dilakukan dari Agustus hingga Desember tahun lalu.
Sedangkan November 2020, NFRI mengklaim K-STAR mempertahankan
suhu inti plasma 100 juta derajat (9 keV) selama 20 detik.
Suhu plasma 100 juta derajat Celsius itu tujuh kali lebih
tinggi dari suhu inti matahari (15 juta derajat). Suhu itu juga dianggap sebagai
kondisi operasi paling kritis dari reaktor fusi nuklir.
NFRI berencana untuk mengoperasikan plasma pada suhu tinggi
yang sama selama 300 detik pada tahun 2025. Tim juga berencana untuk mengganti
bahan deflektor (perangkat yang memungkinkan energi termal yang dihasilkan oleh
plasma dikirim ke bagian lain), saat ini dalam karbon, dengan tungsten.
NFRI bertujuan untuk mengoperasikan reaktor demonstrasi fusi
nuklir K-DEMO generasi baru pada tahun 2040 yang akan menghasilkan listrik.
Post a Comment