Sejarah Hubungan Diplomatik Antara Turki Dan Israel

Suatu negara tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya kerjasama negara negara lain. Hubungan kedua negara atau hubungan bilateral adalah dua belah pihak atau antara dua pihak, perjanjian dengan negara sahabat (KBBI, 2017). Hubungan antara kedua negara diperkuat saat Turki berusaha untuk mempertahankan ikatan yang kuat dengan Barat dan menekankan fakta bahwa Turki adalah sebuah republik demokratis yang sekuler. 

Turki mengamandemen Undang-Undang Dasar 1924 hanya empat tahun setelah diresmikan dan menghapus Islam sebagai agama resmi negara. Para ahli sejarah memandang langkah itu merupakan dasar dari Republik Turki yang modern, demokratis, dan sekuler. Konstitusi yang berlaku saat ini tidak menonjolkan agama apa pun yang dipeluk warga Turki (Kompas. 2016). Sekuler atau sekularisme adalah paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama (KBBI, 2017). Menjalin hubungan yang baik, Turki dan Israel melakukan kerjasama yang khususnya di bidang militer.

 Dalam hubungannya, kedua negara telah membuat sebuah perjanjian yaitu Military Training Cooperation Agreement (MTCA) dimana kerjasama ini dalam bidang militer (Handayani, 2012). Dalam kerjasama ini ada beberapa hal yang dilakukan kedua negara yaitu dengan pertukaran perwira, kunjungan delegasi militer, pertukaran Pada tahun 1949 Turki membangun hubungan dengan Israel dimana Turki menjadi negara islam pertama yang mengakui negara Israel. Setelah terjalinnya hubungan tersebut, berkembangnya kerjasama antar kedua negara dimana Israel menjadi negara pemasok senjata untuk Turki. 

Tak hanya itu, kerjasama terus berkembang hingga dibidang militer, strategi, dan diplomatik yang menjadi prioritas kedua negara yang berbagi pandangan terhadap ketidakstabilan kawasan Timur Tengah. 1  2 informasi, pelatihan militer tiga matra, serta pemberantasan teorisme dan penjagaan perbatasan (Eisenstadt, 1997). Tidak lama dari perjanjian tersebut, Turki dan Israel kembali menjalin hubungan yang terus memiliki dampak yang saling menguntungkan di bidang industri militer yaitu Defense Industry Cooperation Agreement (DICA). Kedua negara sepakat dengan saling menukar teknologi militer dan persenjataan. Dalam kerjasama yang dijalin kedua negara, kerjasama tersebut dapat di bilang saling menguntungkan bagi kedua negara dimana Turki yang terus di pasok persenjataannya oleh Israel dan terus mendapatkan teknologi di dalam bidang industri militer. 

Si sisi Israel dapat mengakses wilayah ke pangkalan udara militer Turki dimana pangkalan Konya Air Base pangkalan terbesar di Eropa serta hal tersebut juga untuk melakukan latihan perang (Konya Air Base, Turkey, 2013). Tetapi situasi politik memaksa kedua negara tetap terus melakukan atau menjalin hubungan walaupun hubungan tersebut tidak seperti sebelum terjadinya insiden Mavi Marmara. Ada beberapa alasan Turki melakukan politik luar negeri yang lebih mandiri diantara nya dimana perekonomian Turki sedang berkembang pesat dan terlebih Turki sudah melepaskan ketergantungannya pada Amerika Serikat.

 Sejak Israel menyerang jalur Gaza, Turki mulai menjauh dari Israel dan mencoba untuk menjadi kekuatan di regional yang lebih mandiri. Pada dasarnya perubahan politik yang dilakukan Turki menjadi sebuah hambatan dimana munculnya partai keadilan yang kekuatannya sangat dominan dan memberikan sebuah tuntutan kepada Israel dimana tuntutan tersebut berisikan tentang perundingan mengenai Palestine dan menciptakan perdamaian. Kebijakan luar negeri Turki pada 2010 adalah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel terkait insiden Mavi Marmara. 

Insiden Mavi Marmara terjadi pada tahun 2010 dimana mavi marmara adalah sebuah armada yang mengangkut bantuan bagi penduduk gaza, palestine. Di dalam  3 kapal tersebut berisi berbagai aktivis kemanusiaan dari berbagai dunia yang diserang oleh pasukan Israel sebelum sampai di Gaza yang menewaskan beberapa orang termasuk warga negara Turki. Insiden ini menjadi sorotan internasional karena menganggap Israel melanggar hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia. 

Disatu sisi, Keberanian pemerintah Turki pada pemerintahan Erdogan dalam memutuskan kerjasama militer dengan Israel merupakan sebuah keputusan yang akan berdampak pada hubungan bilateralnya dengan Israel. Disisi lain jika suplai peralatan militer Turki terhenti, hal tersebut akan berdampak pada kekuatan militer Turki itu sendiri. Seperti yang selama ini terjadi, kekuatan militer Turki kerap menjadi ancaman terhadap pemerintahan. 

Jika suplai peralatan militer terhenti, secara otomatis hal tersebut akan mengganggu kepentingan militer turki secara nasional. Dampaknya adalah pemerintahan Erdogan yang mengambil keputusan pemutusan hubungan industri militer tersebut akan penggulingannya pemerintah Turki sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, Turki memulai kembali hubungannya dengan Israel. Hal tersebut di tandai dengan akan menempatkan kembali duta besar di masing-masing negara. Normalisasi hubungan antara Turki dan Israel karena kepentingan ekonomi. Turki dan Israel telah menjalan kerja sama di bidang energi yangnilainya mencapai ratusan miliar dolar AS.

 Prospek ekonomi yang besar ini akan hilang jika keduanya tak juga memperbaiki hubungan diplomatik. Demi mencegah hal ini, Turki dan Israel pun sepakat mengakhiri hubungan yang merenggang akibat insiden Mavi Marmara enam tahun silam itu. Kekuatan kedua negara di kawasan Timur Tengah sangatlah memiliki pengaruh yang cukup besar. 

Pengaruh kekuatan yang cukup kuat, membuat Turki dan Israel menjadi negara yang memiliki pengaruh dalam stabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah. Dimana Turki menjadi negara utama pemasok senjata dan amunisi ke ISIS. Serta Israel yang terus menggempur Palestina dengan kekuatan militernya. Kedua negara memiliki peran yang sangat penting di kawasan Timur Tengah.


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post