Dalam menganalisa harga saham salah satu yang perlu di lakukan adalah membaca laporan keuangan. Apa sih isi dari laporan keuangan?
Sederhananya adalah pencatatan keluar masuk nya uang, semua jenis usaha pasti melakukan pencatatan ini, warung kecil dipinggir jalanpun melakukannya, mereka mencatat berapa uang yang mereka keluarkan untuk membeli barang2 yang akan dijual, mereka mencatat berapa barang dagangan yang terjual per hari. Dari situ kita jadi mengetahui sebenarnya waarung kecil tersebut sering merugi atau memperoleh keuntungan .
Hanya
saja jika laporan keuangan yang di perusahaan itu lebih kompleks transaksi.
Apapun itu yang ingin kita ketahui adalah apakah perusahaan tersebut lebih
sering mencatat kerugian atau keuntungan....
Jadi
apakah orang yang tidak mengerti laporan keuangan tidak bisa berinvestasi
saham???....Tidak benar. Belajar Investasi akan memberikan gambaran sederhana
bagaimana cara membaca laporan keuangan.
Agio dan Disagio
Saat
sebuah perusahaan mengeluarkan saham, tentunya ada pencatatannya, yang dicatat
oleh perusahaan adalah berapa banyak saham yang akan di jual dan tiap lembar
sahamnya di beri nilai nominal. Nilai nominal saham berfungsi untuk keperluan
pencatatan akuntansi saja. Ada juga yang di sebut dengan Harga penawaran umum
saham . lalu bagaimana cara menganalisanya?
Dalam
sebuah perdagangan pastilah ada tawar menawar, Saat lembar saham dikeluarkan
oleh perusahaan, pembukuan perusahaan mencatat nilai nominal nya adalah Rp
1.000.000 namun pada saat di tawarkan harganya di naikan menjadi
1.500.000.Harga penawaran > nilai nominal = Agio
contoh :
Sebuah sepeda kuno memiliki nilai nominal
Rp. 1.000.000 tapi pada sebuah perdagangan sepeda tersebut
penawarannya Rp 1.500.000. Ada Selisih Rp. 500.000. Nah...selisih
lebih ini di sebut Agio.
Perhitungan Agio ini tidak hanya berlaku
saat IPO (saham perdana ) tp juga pada saat right issue (Penerbitan saham baru)
. Dari selisih harga yang ada bisa jadi bahan pertimbangan anda untuk membeli
saham. Jika selisihnya besar maka artinya para investor menilai saham tersebut
memiliki nilai lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh perusahaan, kedepannya
harga tersebut bisa memiliki peluang besar untuk bisa naik lagi.
Deviden
Para pemegang saham akan mendapatkan
pembagian Deviden berdasarkan jumlah saham yang telah di belinya dan juga
berdasarakan dari rapat RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Keuntungan Saham adalah keuntungan milik
pemegang saham, saat pembagiannya di sebut dividen.
Perusahaan yang
mengeluarkan saham (Emiten) pada umumnya memberikan laporan keuntungan secara
periodik per 6 bulan dan akhir tahun. Dividen juga di bayarkan bersamaan dengan
laporan keuntungan. Jumlah Deviden yang dibayarkan tidak selalu sama karena
tergantung dari keuntungan yang diterima perusahaan yang mengeluarkan saham
(Emiten)
Perhitungan Deviden
menggunakan rumus dibawah ini :
Dividen
Persaham Total Deviden Jumlah Saham
periode Contoh :
- Dalam jangka waktu
6 bulan Toko serba maju berhasil mencetak keuntungan sebesar Rp.
100.000.000. Pak Arief sebagi pemilik Toko akan membagikan keuntungannya
kepada seluruh masyarakat yang mq PT. Terus Maju untuk membayar dividen
kepada pemegang saham. PT. Terus Maju telah mengeluarkan 25 juta
saham nya. Berapakah dividen persaham yang dibayarkan kepada para pemegang
saham ?
- Pak Irfan membeli
saham PT. Terus Maju sejumlah 4500 lembar, jika melihat laporan
keuntungan PT. Terus Maju yang kita bahas diatas berapakah deviden
yang diterima oleh pak Irfan ?
Jawab :
- Dividen
Persaham = 100.000.000 : 1.000.000 = Rp. 100
- Deviden yang
diterima pak Irfan = 4500 Lbr x Rp. 100 = Rp. 450.000
Perlu dingat bahwa
perhitungan 1 Lot di saham = 500 lembar
Price Earning Ratio (PER)
Anda pasti sudah pernah melihat tampilan
harga-harga saham, ada sebuah tabel yang tercantum nama perusahaan dan juga
harga bid dan ask . Di tabel itu harga berubah-ubah secara dynamis, kadang
merah (Down) , kadang hijau (Naik)... untuk warna sich bisa
fleksibel.
Dari deretan harga saham tersebut
dicarilah harga saham yang paling murah, dengan pendapat kita sendiri
harga yang murah ini akan segera dapat menjadi harga yang di harapkan. Ya
....pastinya mengharapkan menerima keuntungan.
Cara tersebut diatas dilakukan oleh calon
investor yang belum pernah mendapatkan pengetahuan tentang saham. Karena tidak
semua harga saham yang murah itu “bagus” untuk di beli.
Hati-hati dengan saham tidur, harga murah
tapi tidak bergerak. Penjelasan tentang saham tidur bisa di lihat di
artikel Cara Memilih saham.
Lalu bagaimanakah cara kita menentukan
saham mana yang bisa dibeli oleh para investor ?
Pada umumnya atau populernya para pemain
saham atau analis saham mereka menggunakan Price Earning Ratio (PER) sebagai
cara penilaian untuk mengetahui
Nilai saham yang sesungguhnya dari suatu
perusahaan. PER ini digunakan untuk menganalisa harga saham yang menunjukan
harga yang tidak wajar. Contoh harga tidak wajar : apa menurut anda jika
harga 1 butir telur Rp. 5.000, padahal harga sebenernya 1 butir telur adalah
Rp. 1.000 ? tentu saja tidak wajar.
Naaahh....harga-harga yang tidak wajar itu
ada di deretan harga-harga saham, guna menarik perhatian para
investor...jebakan. Hati-hati...
Inilah gunanya harus mengerti tentang PER
(Price Earning Ratio). Untuk mengetahui harga saham yang sesungguhnya.
PER adalah hasil bagi antara harga saham
dan laba bersih per saham
Rumus PER = Price Earning Ratio
PER = Po
EPS
Earning Per Share (EPS) / Laba bersih
persaham.
Digunakan untuk mengetahui berapa
sich selisih harga persaham nya. Jika terdapat selisih Lebih aritnya di catat
sebagai Laba per saham tp jika hasilnya selisih kurang artinya suatu
kerugian persaham. Pertama kali Beli di harga 2500 ternyata di tutup dengan
harga. Setelah 1 tahun berjalan hitung kembali menggunakan rumusan EPS ,
lihat contoh .
Earning Per Share (EPS)
Rumus nya EPS = NIAT
(Net Income After Tax) = 40.000.000.000 = 800
Jumlah saham 50.000.000
Rumusan EPS ini ada 2 macam, ada yang
include Dividen ada yang exclude Dividen (digunakan oleh saham preferen – saham
dengan dividen yang pasti dibagikan tiap tahun)
Earning Price Share ini bisa
digunakan untuk menghitung data keuangan yang sifatnya Historis (sudah
terjadi) dan Proyektif (yang akan datang)
Dividen Payout Ratio ( DPR ) merupakan
perbandingan antara DPS dengan EPS, Intinya sich jika DPS nya besar akan
mempengaruhi Dividen Payout Ratio ( DPR ), DPR nya jadi ikut besar.
Contoh cara menghitung DPR
Toko Maju terus pada tahun buku 2009
Dividen yang dibayarkan tahun 2009 sebesar
Rp. 10.000.0000
Laba Bersih setelah pajak adalah Rp.
70.000.000.000
Jumlah saham yang diterbitkan adalah 150
juta saham.
Hitung DY dan DPS nya pada tahun 2009,
jika harga penutupan saham pada akhir tahun 2009 adalah 1500 / saham.
Dividen 10.000.000
Ss 150.000.000
Ps 2009 1.500 / Saham
NIAT 70.000.000.000
DPS Dividen = 10.000.000 = Rp 67
Ss 150.000.000
DY DPS = 67 = 0,045 4,50%
Ps 1.500
EPS NIAT = Rp.
70.000.000.000 = 467
Ss 150.000.000
DPR DPS = 67 = 0,1435 14,32%
EPS 467
Contoh perhitungan dari semua rangkaian
ratio :
Laporan PT. Terus Maju pada tahun 2010
berhasil mencatat
Dividen sebesar Rp. 7.000.000.000 ,
Jumlah saham 50.000.000 Lembar
Net Income After Tax Rp.
40.000.000.000
Harga penutupan saham thn 2010 asalah
Rp. 2.500 / Lembar
Maka berapakah rasio DPS, DY, EPS, DPR,
PER dari history thn 2010 ?
Jawaban
Dividen Per Share (DPS)
Jumlah Nominal Dividen per saham yang di
terima oleh investor
Rumus nya DPS = Dividen =Rp.
7.000.000 .000 = 140
Jumlah Saham 50.000.000 lbr
Dividen Yield (DY)
Rumusnya DY = DPS = 140 = 0,0560 = 5,60%
Harga per saham 2.500
Earning Per Share (EPS)
Rumus nya EPS = NIAT
(Net Income After Tax) = 40.000.000.000 = 800
Jumlah saham 50.000.000
Dividen Payout Ratio (DPR)
Rumusnya DPR = DPS = 140 = 0,1750
x
EPS 800
Price Earning Ration (PER)
Rumusnya PER = Ps = 2.500 = 3,1250
x (Makin kecil makin bagus)
EPS 800
Ya....Demikianlah cara2 perhitungan yang
ada di investasi saham, yang di tampilkan diatas adalah yang sering kali di
gunakan saja.
Yang belajar investasi hendak sampaikan adalah bagaimana cara membaca dari istilah2 akuntansi yang sering digunakan di investasi saham saja.
Post a Comment